Masjid yang aman Tsunami

Minggu, 26 September 2010

KETIKA MASJID MENJADI SAKSI

Allah SWT menunjukkan kekuasaannya lewat masjid-masjid yang tetap kokoh di saat bangunan sekitar luluhlantak oleh terjangan tsunami.

Sebuah keajaiban yang sarat pelajaran.

Kampung Cot, Meulaboh, siang hari, sepanjang mata memandang, hanya bekas puing-puing bangunan yang terlihat. Ribuan bangunan yang biasanya memayungi terik matahari kali ini tak lagi terlihat. Bangunan-bangunan tersebut robah berkalang tanah. Bahkan, sebagian daratan yang dulu berdiri kokoh rumah-rumah besar ditepi pantai, kini menyatu dengan lautan. Tak ada lagi hiruk pikuk masyarakat pinggir pantai yang riuh bersahutan dengan ombak. Suasana Senyap, Semua tinggal kenangan.

Masjid Al-Hidayah, di desa tersebut menjadi satu-satunya kenangan yang tersisa. Masjid itu berada tepat di pinggir jalan Meulaboh-Banda Aceh yang terputus oleh tsunami. Dari kejauhan, masjid itu terlihat tegar.

Gempa 8,9 skala richter dan kedahsyatan tsunami tak mampu menggeser bangunan tersebut. Untuk menuju ke sana, Sabili harus menyeberang dengan perahu rakitan yang terbuat dari papan dan drum bekas. Jembatan menuju desa tersebut terputus total.

Saat tsunami datang masjid tersebut menjadi tempat berlindung sekitar 300 warga. Warga berbondong-bondong menuju masjid untuk menghindari gelombang tsunami yang tingginya hampir menutup pucuk pohon kelapa.

Dua pertiga warga yang berlindung di sana terhempas keluar dan terbawa arus hingga ratusan meter. Sebagian selamat dengan tetap berzikir dan bershalawat. Sebagian lainnya lenyap.

Tengku Usman Bakar, Imam masjid tersebut yang selamat dari tsunami menceritakan, saat kejadian warga yang berlindung di dalam masjid sempat terombang-ambing oleh gelombang air. Mereka terus berdoa, banyak yang selamat dari bencana tersebut. Tengku Usman sendiri selamat dari maut setelah air menghanyutkannya dari dalam masjid hingga tersangkut di batang pohon kelapa.

"Itu terjadi dalam sekejap. saat air datang, saya pasrah dengan melakukan shalat sunnah. Sampai akhirnya air menerjang dari belakang dan menghempaskan saya keluar masjid," kata Tengku Usman.

Masjid Al-Hidayah, menurut Tengku Usman, sering digunakan untuk pengajian
Kini di Kampung Cot, masjid itu menjadi satu-satunya bangunan yang tetap utuh.

Tak jauh dari kampung tersebut, tampak di kejauhan ada sebuah masjid, yang
masih tegak berdiri, letaknya persis di bibir pantai.
Secara logika, masjid tersebut menjadi bangunan yang pertama kali roboh oleh tsunami, sebab, dengan luas area yang berkilo2 meter itu, hampir semua bangunan rata dengan tanah. Orang yang ditemui di sekitar desa tersebut menyebutnya Masjid Teuku Umar. Yang terletak di desa Lhok Bubun, Meulaboh (Aceh Barat). Sabili hanya bisa mengambil gambar dan memotret nya dari kejauhan masjid, hal ini dikarenakan akses jalan yang tidak bisa dilalui / terputus dan sebagian daratan yang sudah berubah menjadi lautan.

Masjid Al-Ikhlas, di Kampung Lang Kruet, Lhok Nga, juga menjadi saksi bisu bencana tsunami. Saat kejadian, sekitar seratus orang berlindung di dalamnya.
Menurut Mukhlis ; ada keajaiban yang terjadi, warga sekitar yang selamat berlindung di dalam masjid itu, ketinggian air disekitar daerah tersebut saat itu sampai setinggi atap masjid. Tapi, anehnya, air di dalam masjid hanya sebatas mata kaki. "Kayu-kayu yang hanyut menghambat laju masuknya air," kata Mukhlis. Warga yang berlindung selamat. Meski di hadapan terhampar reruntuhan puing rumah-rumah mereka.

Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari masjid itu, dari balik reruntuhan dan pepohonan, nampak sebuah masjid lain yang juga masih utuh. Sementara bangunan sekitar lainnya rata dengan tanah. Menurut warga, masjid itu berada di Lampuuk, masih wilayah Lhok Nga. Sabili berhasil memotret masjid tersebut dari kejauhan karena jalan yang terputus dan berlumpur.

Di Ulee Lheue, Banda Aceh, Masjid Baiturrahim masih tampak tegar. Bangunan yang berada dekat tepi pantai dan pelabuhan kecil tersebut tetap utuh. Tsunami hanya mampu menjebol pagar dan kaca-kaca masjid tersebut. Mulai dari daerah sekitar masjid hingga berkilo-kilo meter rata dengan tanah. Selain masjid itu, ada sebuah Tugu, yakni ; Tugu Syuhada juga tampak kokoh berdiri menghadap laut. Tugu yang dibangun untuk mengenang para Syuhada Aceh itu masih menjadi Primadona bagi warga yang berkunjung ke Ulee Lheue. Saat senja merapat, tugu tersebut menjadi bangunan yang indah, diapit lautan dan bukit pinggir pantai.

Kini, Masjid Baiturrahim dan Tugu Syuhada menjadi magnet warga untuk
menjenguknya. Ditemani angin laut sore, warga biasa berdiri di tepi jembatan, memandangi hamparan laut, sisa sisa reruntuhan ribuan rumah dan dua bangunan
tangguh tersebut. "Masjid Baiturrahim sering dipakai untuk shalat bagi orang yang singgah di Ulee Lheue," ujar Ismail, warga sekitar, mengenang.

Penyusuran Sabili untuk melihat keajaiban masjid-masjid sampai ke kecamatan Syiah Kuala. Dari kejauhan nampak sebuah masjid yang terletak tidak jauh dari pantai. Bidikan zoom kamera berhasil memotret masjid tersebut dari jarak sekitar dua kilo meter. Di sekitar masjid terhampar reruntuhan, jalan yang terputus dan lumpur. Melalui warga yang ditemui sore itu, di komplek pemakaman Tengku Syiah Kuala, Sabili baru mengetahui masjid tersebut bernama Al-Kawakib.
"Itu artinya bintang-bintang. Sekarang masjid itu menjadi bintang di tengah reruntuhan," kata warga tersebut sambil tersenyum.

Pada hari biasa, masjid ini bisa menampung sekitar seribu jamaah. Saat kejadian tsunami ada sekitar ratusan warga yang berlindung di dalam masjid itu, dan entah bagaimana nasib nasib mereka.

Dalam perjalanan menuju Meulaboh dengan menggunakan helikopter milik pemerintah Malaysia, Sabili melihat ada beberapa masjid yang masih kokoh berdiri di tengah hamparan luas reruntuhan. Lokasinya diperkirakan berada di sekitar Calang, Lamno dan Meulaboh.

Masjid-masjid tersebut terlihat seperti titik dari kejauhan. Sebagian masjid yang terlihat dari atas helikopter berhasil dibidik kamera. Sebagian lagi luput karena laju helikopter yang bergerak cepat.
Sabili berusaha untuk dapat memotret masjid-masjid tersebut. Bergerak berpindah-pindah dari satu jedela ke jendela lain untuk mendapatkan gambar dari sebuah keajaiban rumah Allah.

Seat bealt yang tadinya melingkar di pinggang dilepas agar bisa bergerak. Beberapa wartawan asing yang berada satu helikopter juga nampak sibuk membidik masjid-masjid tersebut. "It’s amazing!" celetuk salah seorang wartawan asal Amerika sambil mengeleng-gelengkan kepala melihat masjid-masjid tersebut.
Salah seorang wartawan dari sebuah harian di Tokyo juga nampak takjub.

Menjelang kepulangan dari Meulaboh menuju Medan, Sabili masih mendapati sebuah masjid yang utuh berdiri tepat di bibir jalan di Kampung Suak Putung menuju Nagan Raya, arah Medan. Masjid dengan arsitektur kuno tersebut seolah terasing sendiri di tengah senyap sepi reruntuhan.
Tak ada orang yang bisa ditanya soal asal-usul dan identitas masjid tersebut.

Keajaiban masjid-masjid itu tentu menyimpan ribuan hikmah.
"Ini isyarat bahwa kalau ingin selamat dalam hidup, maka berlindunglah
pada Allah di masjid-masjid itu. kembalilah ke masjid," terang Alyasa Abu Bakar, salah seorang tokoh masyarkat Aceh.

Menjelang gelap malam Sabili menghubungi seorang teman di Jakarta dan menceritakan kisah keajaiban masjid-masjid tersebut. Teman itu berkomentar, "Masjid-masjid di Aceh itu dibangun atas dasar keikhlasan,bukan dari uang hasil korupsi." Sempat terpikir, bisa jadi, teman itu benar!



Catatan:
Lain kali kalau ada bahaya macam Tsunami jangan takut thd ombak tapi
takutlah sama Allah.

Oleh : Tawangalun.


Translate to : by

0 komentar:

Posting Komentar