Orang Terinfeksi HIV Terancam Kehilangan Obat Generik

Sabtu, 30 Oktober 2010

TRIBUNNEWS.COM/Herudin
Ratusan orang yang tergabung dalam aliansi Gerakan Lisensi ARV (GELAR) berunjukrasa di bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (16/5). Mereka mendesak pemerintah segera melakukan lisensi wajib obat anti retro viral (ARV) karena selama ini harga obat yang dikonsumsi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) itu murah dan menjadi satu-satunya harapan penyambung hidup penerita HIV/AIDS.
Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia (JOTHI) kembali menggelar aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Sabtu (30/10/2010. Sebelumnya aksi yang sama telah mereka lakukandi depan kedutaan besar India, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/10/2010).
Mereka menolak rencana Uni Eropa-India dalam perjanjian kerjasama melalui FTA (Free Trade Agreement) karena berdampak pada negara-negara berkembang, khususnya Indonesia tidak dapat mengekspor obat-obatan generik dari India.

"Uni Eropa telah memulai melakukan beberapa tindakan dalam bentuk upaya serangan dan penekanan khususnya terhadap India sebagai Farmasi yang menyediakan 90 % ARV sebagai pengobatan HIV yang dikonsumsi oleh masyarakat di negara-negara berkembang," ujar Elvina kepada Tribunnews.com di Jakarta, Sabtu (30/10/2010).

Elvina menuturkan bila Indian menandatangani perjanjian tersebit maka akses obat-obatan semakin sulit didapat dan mengancam ketersediaan dan keberlangsungan produksi obat-obatan generik.

Obat yang digunakan untuk mengendalikan kesehatan pasien HIV dan mampu menurunkan risiko pencegahan ini diproduksi oleh Farmasi Barat dengan harga 10.439 USD/tahun/pasien. Sejak India melakukan produksi ARV generik, harga obat ini turun hingga dibawah 300 USD/tahun/pasien.

"Tujuan aksi ini menolak penandatangan FTA Uni Eropa-India, menolak beberapa klausul khususnya yang berkaitan dengan pengawasan hak paten, menyuarakan bahwa FTA Uni Eropa-India adalah suatu strategi pembunuhan massal berbalut kepentingan ekonomi," imbuhnya.

JOTHI melihat FTA juga akan menghambat Instruksi presiden RI No.3 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pengobatan ARV sebagai skenario pencapaian MDGs indikator 6 di Indonesia yaitu perang terhadap HIV/AIDS dan penyakit lainnya.

"Kami meminta Pemerintah untuk tetap berkomitmen untuk menyelamatkan lebih dari 1 juta jiwa penduduk Indonesia yang diprediksikan terinfeksi HIV hingga pada tahun 2015, dengan segera mengembangkan kapasitas produksi ARV generik dalam negeri dengan harga yang terjangkau setidaknya dibawah Rp 2.500.000,-/pasien/tahun," ujarnya.
Penulis: ferdinand_ws
Editor: anita_k_wardhan


Laporan Wartawan Tribunnews.com: Ferdinand Waskita

Translate to : by

0 komentar:

Posting Komentar