PRT Surabaya Tewas Membusuk di Rumah Majikan

Minggu, 26 September 2010

SURABAYA I SURYA Online - Nasipah, 50, wanita asal Kecamatan Gunung Lumbang, Kabupaten Probolinggo, ditemukan tak bernyawa di kamar mandi rumah milik majikannya, Dicky Nugroho, 35, di Perumahan Laguna Sandiego Blok M/4, Pakuwon City, Surabaya, Minggu (26/9/2010). Pembantu rumah tangga (PRT) ini diduga sudah meninggal sekitar dua pekan.

Aparat Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Sektor (Polsek) Mulyorejo, Polrestabes Surabaya, pun menyelidiki  kematian PRT yang diduga menjadi korban pembunuhan tersebut.  Kanit Reskrim Polsek Mulyorejo, Iptu Budi Waluyo, mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan penyelidikan intensif dengan meminta keterangan saksi-saksi serta menunggu hasil otopsi tim dokter RSUD dr Soetomo.

“Kami belum bisa memastikan apakah korban benar dibunuh atau karena terjatuh. Memang melihat dari ciri-ciri kematiannya serta cerita dari majikannya, kami menduga ada unsur pembunuhan. Tapi kita tunggu saja hasil otopsinya,” ujarnya kepada wartawan, Minggu.

Selain itu, pihaknya saat ini juga masih menunggu hasil olah tempat kejadian perkara yang dilakukan tim identifikasi Polrestabes Surabaya. “Semuanya akan jelas setelah pemeriksaan saksi dan hasil olah TKP,” tutur mantan Kanit Reskrim Polsek Tenggilis Mejoyo tersebut.

Rumah Kosong
Sedangkan Dicky kepada wartawan di Mapolsek Mulyorejo mengaku sejak 4 September lalu tinggal bersama keluarganya di rumah mertua, di kawasan Graha Family. Sejak saat itu, rumah memang ditinggalkan kosong, dan hanya ditunggui Naspiah. Ia juga mengaku tidak mengetahui kapan kematian Naspiah, karena dirinya tidak pernah pulang. Namun, saat ia kembali, tercium bau busuk dari kamar mandi lantai dua rumah.
 
Dicky menceritakan, korban sebelumnya pernah terlibat konflik dengan Siti, rekan sesama pembantu di rumah tersebut. Hal ini terkait dengan tuduhan Siti terhadap Nasipah, yang dianggap mengambil uangnya Rp 1,2 juta.

Nasipah, lanjut dia, sempat tidak terima dengan tuduhan Siti. Hanya, pertengkaran ini tidak sampai membuat keributan, namun Siti lebih memilih pamit pulang ke desa pada 4 September, dan hingga kini masih belum bisa diketahui keberadaannya.

“Uang itu sempat diganti oleh istri saya dan diambilkan dari uang tabungan korban sebesar Rp 900 ribu. Kami serahkan ke polisi untuk menangani kasus ini,” kata Dicky Nugroho.

http://www.surya.co.id


Translate to : by

0 komentar:

Posting Komentar