Kasus penusukan dengan berbagai motif di belakangnya sedang marak
diberitakan akhir-akhir ini. Salah satunya terjadi karena pria yang
menjadi pelaku 'ngefans' terhadap calon korbannya. Mengapa pria bisa
berbuat nekat saat terobsesi?
Ngefans atau terobsesi pada sesuatu, lalu terdorong untuk melakukan apa saja sampai bisa mendapatkan apa yang diinginkan bisa disebut sebagai gangguan obsesif-kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD). Ini juga berlaku bagi pria yang nekat menusuk gara-gara menyukai lawan jenis.
Dalam ilmu psikologi, gangguan perilaku OCD terbentuk menjadi 3 tahap. Dimulai dengan terbentuknya obsesi atau ketertarikan yang berlebihan, disusul dengan kegelisahan karena dibayangi oleh obsesinya, kemudian diakhiri dengan kompulsi atau perilaku tidak wajar untuk meredakan kegelisahannya.
Pria yang tertarik pada lawan jenis bisa memicu obsesi jika ketertarikannya berlebihan. Ketertarikan yang berlebihan akan menimbulkan kegelisahan, karena setiap waktu yang ada di pikiran pria tersebut hanyalah bayang-bayang wanita pujaannya.
Bagi kebanyakan orang, kegelisahan itu harus dilampiaskan. Beberapa orang cukup melampiaskannya dalam pikiran, namun ada juga yang diikuti dorongan yang sangat kuat atau disebut juga kompulsi untuk melakukan hal-hal di luar kontrol diri si pria yang sedang terobsesi.
Kalau perilaku kompulsifnya hanya berupa melihat-lihat foto pujaannya, mungkin tidak banyak yang merasa terganggu. Tapi yang mengkhawatirkan, bentuk paling parah dari OCD bisa membuat orang nekat melakukan apa saja termasuk menusuk atau membunuh siapapun yang menghalanginya.
Kebanyakan OCD tidak perlu diterapi karena bisa sembuh dengan sendirinya. Namun pada tingkat keparahan tertentu, penderita harus diterapi dengan exposure and response prevention (ERP) yakni terapi untuk membiasakan diri dengan situasi yang memicu OCD.
OCD juga sering dikaitkan dengan bentuk-bentuk gangguan jiwa lainnya. Misalnya seperti dikutip dari Rcpsych.ac.uk, Selasa (13/12/2011) pengidap sejenis autisme yang disebut Sindrom Asperger juga menunjukkan gejala mirip OCD dan beberapa kali ditemukan pada pelaku penusukan berlatar belakang OCD.
(up/ir)
http://www.detikhealth.com
Ngefans atau terobsesi pada sesuatu, lalu terdorong untuk melakukan apa saja sampai bisa mendapatkan apa yang diinginkan bisa disebut sebagai gangguan obsesif-kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD). Ini juga berlaku bagi pria yang nekat menusuk gara-gara menyukai lawan jenis.
Dalam ilmu psikologi, gangguan perilaku OCD terbentuk menjadi 3 tahap. Dimulai dengan terbentuknya obsesi atau ketertarikan yang berlebihan, disusul dengan kegelisahan karena dibayangi oleh obsesinya, kemudian diakhiri dengan kompulsi atau perilaku tidak wajar untuk meredakan kegelisahannya.
Pria yang tertarik pada lawan jenis bisa memicu obsesi jika ketertarikannya berlebihan. Ketertarikan yang berlebihan akan menimbulkan kegelisahan, karena setiap waktu yang ada di pikiran pria tersebut hanyalah bayang-bayang wanita pujaannya.
Bagi kebanyakan orang, kegelisahan itu harus dilampiaskan. Beberapa orang cukup melampiaskannya dalam pikiran, namun ada juga yang diikuti dorongan yang sangat kuat atau disebut juga kompulsi untuk melakukan hal-hal di luar kontrol diri si pria yang sedang terobsesi.
Kalau perilaku kompulsifnya hanya berupa melihat-lihat foto pujaannya, mungkin tidak banyak yang merasa terganggu. Tapi yang mengkhawatirkan, bentuk paling parah dari OCD bisa membuat orang nekat melakukan apa saja termasuk menusuk atau membunuh siapapun yang menghalanginya.
Kebanyakan OCD tidak perlu diterapi karena bisa sembuh dengan sendirinya. Namun pada tingkat keparahan tertentu, penderita harus diterapi dengan exposure and response prevention (ERP) yakni terapi untuk membiasakan diri dengan situasi yang memicu OCD.
OCD juga sering dikaitkan dengan bentuk-bentuk gangguan jiwa lainnya. Misalnya seperti dikutip dari Rcpsych.ac.uk, Selasa (13/12/2011) pengidap sejenis autisme yang disebut Sindrom Asperger juga menunjukkan gejala mirip OCD dan beberapa kali ditemukan pada pelaku penusukan berlatar belakang OCD.
http://www.detikhealth.com
BACA JUGA :
Translate to : by
0 komentar:
Posting Komentar