Pemerintah Akui Lalai Tanggulangi Mentawai

Sabtu, 30 Oktober 2010

Warga Sikakap bersama tim SAR, Jumat (29/10/2010), mencari jenazah warga yang tertimbun puing bangunan dan pohon akibat tersapu tsunami Mentawai. FOTO : KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief, mengakui bahwa pemerintah lalai dalam menanggulangi bencana tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar). 
Tsunami Mentawai tak tertangani pada 12 jam pertama, karena pihaknya tidak mendapat informasi yang jelas mengenai adanya tsunami setelah  gempa 7,2 Skala Richter (SR) di sana.

Bantuan helikopter belum disiapkan. Ketika Badan Penanggulangan Bencana Sumatera Barat meminta helikopter untuk mengirim bantuan, pemerintah belum menyiapkannya.

“Kami mengakui bahwa 12 jam pertama Mentawai ini (pemerintah) lalai karena sampai pukul 12 malam kami tidak memperkirakan ada tsunami,” ujar Andi dalam diskusi Polemik “Bencana dan Duka Indonesia”, di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/10/2010).

Baru keesokan harinya, kata Andi, pemerintah menerima informasi tsunami dari media asing, kemudian mengerahkan satuan cepat badan penanggulangan bencana nasional, TNI, Polri, dan mengirim helikopter.  “Sampai sekarang tidak ada yang menerima foto lengkap tsunami itu. Ada yang sebut tujuh meter, enam meter,” imbuhnya.

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa 7,2 SR  di Mentawai tersebut berpotensi tsunami. Namun, peringatan potensi tsunami tersebut dikabarkan sempat dicabut.  “Kepala pusat tsunami di US Hawai pun mencabut.

Yang ada, laporan BMKG hanya 40 sentimeter. Kami belum tahu persis penyebabnya apa,” katanya.
Andi juga menyampaikan, potensi gempa berkekuatan di atas 7 SR  di kawasan Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, tersebut belum sempat diteliti. Pemerintah, katanya, baru mempersiapkan antisipasi untuk kemungkinan gempa 8,9 skala Richter yang diramalkan akan terjadi di Siberut.
“Apa yang terjadi di Mentawai ini kejadian yang mendahului bencana. Kami baru sampai di Padang, baru masuk ke Mentawai mengantisipasi kemungkinan pelepasan energi 8,9,” tuturnya.

413 Tewas
Informasi lain, jumlah korban meninggal akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai hingga hari Sabtu (30/10/2010) sudah mencapai 413 jiwa.  Data resmi yang dirilis situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pukul 10.00, korban tersebut berasal dari tujuh desa di empat kecamatan dengan rincian 41 orang di Kecamatan Sipora Selatan, 154 orang di Kecamatan Pagai Selatan, 209 orang di Kecamatan Pagai Utara, dan sembilan orang di Kecamatan Sikakap.

Korban meninggal yang paling banyak berada di Dusun Sabeugunggung dan Munte, Desa Belumonga, Kecamatan Pagai Utara, masing-masing sebanyak 98 orang.  Adapun korban hilang dilaporkan sebanyak 303 orang, dengan korban terbanyak berada di Dusun Sabeugunggung 160 orang. Korban luka berat sama dengan data sebelumnya, yaitu 270 orang. Adapun korban luka ringan bertambah 20 orang menjadi 162 orang.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Barat, pengungsi yang sudah terdata bertambah menjadi 12.935 jiwa dengan sebaran 7.784 jiwa di Kecamatan Pagai Selatan, 3.656 jiwa di Kecamatan Pagai Utara, dan 1.495 jiwa di Kecamatan Sikakap.

Dua dusun yang paling parah mengalami bencana adalah Dusun Munte dan Dusun Sabeugunggung yang terletak di Desa Batumonga, Kecamatan Pagai Utara. Di sana, jumlah rumah rusak berat masing-masing sebanyak 74 dan 64 unit. Total rumah rusak berat di 4 kecamatan adalah 497 unit, sedangkan rumah rusak ringan sebanyak 204 unit.

  • Penulis : Asep Chandra/Icha Rastika/Kompas.com
  • Editor : Junianto Setyadi
http://www.surya.co.id
Translate to : by

0 komentar:

Posting Komentar